Kamis, Oktober 15

Sebanyak 289 Peserta Ikuti Ujian CPNS Unpad

15 Oktober 2009

Laporan oleh: Anton Sumantri

[Unpad.ac.id, 15/10] Sebanyak 289 orang mengikuti seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Universitas Padjadajaran. Seleksi yang dilaksanakan di Grha Sanusi Hardjadinata, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung pada Kamis (15/10) itu untuk memenuhi kebutuhan dosen dan teknisi di lingkungan Unpad.
Para peserta ujian CPNS Unpad 2009 tampak serius mengerjakan soal ujian di Grha Sanusi Hardjadinata (Foto: Tedi Yusup)

Para peserta ujian CPNS Unpad 2009 tampak serius mengerjakan soal ujian di Grha Sanusi Hardjadinata (Foto: Tedi Yusup)

Menurut Kepala Biro Administrasi Umum Unpad, Drs. Lili Permadi., M.Si., jumlah formasi yang disediakan sebenarnya masih lebih rendah dari kebutuhan Unpad. “Kami mengajukan 198 formasi dosen ke Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional), tapi yang disetujui hanya 49 dosen,” tuturnya.

Lebih lanjut ia mengaku, Unpad tidak ikut campur dalam penentuan jumlah formasi, materi tes pengetahuan umum dan hasil dari tes tersebut. “Mengenai jumlah formasi, materi yang diujikan, dan hasil tes, semuanya adalah kewenangan dari Jakarta (Depdiknas). Contohnya seperti LJK (Lembar Jawaban Komputer) yang baru datang pagi ini dari Jakarta. Mereka juga mengirimkan tim monitoring agar tidak terjadi kebocoran,” paparnya.

Khusus untuk peserta formasi dosen, setelah seleksi materi umum, mereka juga akan mengikuti seleksi substantif di fakultas masing-masing. tes substantif akan dilakukan seminggu ke depan setelah pelaksanaan ujian umum. “Tes ini untuk mengetahui kapabilitas dan kompetensi peserta yang disesuaikan dengan kompetensi yang diinginkan oleh fakultas bersangkutan. Untuk materinya, kami serahkan sepenuhnya pada fakultas masing-masing karena mereka yang paling tahu tentang kompetensi seperti apa yang dibutuhkan di fakultasnya. Sementara untuk tenaga teknis, tidak ada tes substantif,” ujar Drs. Lili Permadi, M.Si.

Ia juga menyampaikan bahwa penyelenggaraan ujian kali ini berlangsung lancar dan aman. Hal ini menurutnya dapat dilihat dari jumlah tim keamanan dan pengawas yang siaga di tempat. “Insya Allah tidak ada praktik-praktik penyelewengan seperti perjokian dan sebagainya. Saya katakan insya Allah karena saya tidak mau takabur. Kami juga menyiagakan tenaga keamanan dan tim pengawas yang kami tempatkan di lokasi lebih banyak. Pengamanan di lokasi sangat ketat dilakukan oleh kedua tim itu,” tegasnya.

Selain itu, Lili berharap agar peserta teliti mengisi biodata di LJK. Permasalahan akan timbul bila data pribadi yang mereka isi di lembar LJK tidak sesuai dengan data dari dokumen yang telah mereka kirimkan sebelumnya ketika proses melamar. Kecerobohan seperti itu ditemukan pada pelaksanaan ujian CPNS tahun-tahun sebelumnya. “Pelamar yang seharusnya lolos seleksi dengan terpaksa tidak lolos karena sewaktu mengisi bio data di lembar LJK tidak sesuai dengan data yang terkumpul sebelumnya,” ujarnya. (eh)*

Sebelumnya

* Unpad Tegaskan Tekad Terus Lestarikan Kesenian Jawa Barat - 14 Oktober 2009
* Dukungan Pemerintah untuk Kawasan Padjadjaran Puseur Budaya - 14 Oktober 2009
* LPPM Unpad Gelar Lomba Foto KKNM Periode Juli-Agustus - 13 Oktober 2009
* Dimensi Komunikasi, Kunci Kualitas Pelayanan Pendidikan Dasar - 13 Oktober 2009
* Pendaftaran Program Pascasarjana dan Spesialis Kembali Dibuka - 12 Oktober 2009

Kamis, September 24

Susu Prebiotik dari Ubi Jalar Merah

Kelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta membuat susu prebiotik dari ubi jalar merah. Selain berkhasiat menjaga kesehatan saluran pencernaan, inovasi pangan ini kaya akan kandungan provitamin A. Pembuatannya pun relatif mudah.

Mahasiswa itu adalah M Noorcahya Eka Sakti, Fatwa Eka Widarti, dan M Syaifudin dari Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

”Ubi jalar merah mempunyai kandungan provitamin A atau retinol dalam jumlah tinggi, yaitu 2.310 mikrogram dalam setiap 100 gram. Kandungan retinol ini tidak hilang setelah pengolahan,” kata Ketua Kelompok Noorcahya di Yogyakarta, Selasa (22/9).

Kandungan provitamin A dalam ubi jalar merah (Ipomea batatas) setara dengan satu tablet vitamin A dan lebih tinggi dari bayam ataupun kangkung. Produk susu ini akan tepat dikembangkan di Indonesia karena menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1995, tingkat pemenuhan vitamin A di Indonesia rendah.

Pembuatan susu prebiotik yang menjadi finalis Program Kreativitas Direktorat Pendidikan Tinggi 2008 itu cukup sederhana. Ubi jalar merah yang telah dikupas dan dicuci dimasukkan dalam wadah berisi air dengan perbandingan 1:2.

Campuran ini kemudian dipanaskan pada suhu 70 derajat celsius selama 30 menit. Setelah dingin dan dipisahkan dari materi padatnya, materi cair diendapkan selama semalam untuk diambil pati dari sarinya. Susu bisa ditambah aroma dan perasa agar disukai anak-anak.

Noorcahya mengatakan, sari ubi jalar merah ini mengandung prebiotik yang berguna memelihara keseimbangan flora pada saluran pencernaan. Kandungan ini mirip nutrisi yang terdapat pada susu fermentasi.

Nutrisi

Menurut uji nutrisi, produk yang telah diujicobakan di Dusun Mlati Krajan, Sendangadi, Mlati, Sleman, tersebut mengandung kalsium, serat kasar, protein, karbohidrat, dan vitamin A.

”Tetapi setelah disterilisasi, daya tahan susu prebiotik ini hanya tiga hari karena karbohidrat mudah terdegradasi,” ujarnya.

Anggota Staf Hubungan Masyarakat FMIPA UNY, Dedy Herdito, mengatakan, pihak fakultas berusaha menggalakkan penelitian dan inovasi oleh mahasiswa. Penelitian diutamakan pada pemanfaatan bahan-bahan yang selama ini dibuang dan dianggap tidak berguna.

Menurut Dedy, sebagian besar penelitian mahasiswa FMIPA UNY merupakan inovasi di bidang pangan. Hal ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa makanan tetap dibutuhkan dalam kondisi apa pun.

Sejumlah inovasi lain dari mahasiswa FMIPA UNY di antaranya bubur instan dari sukun, permen lunak dari buah kersen, dan saus dari buah labu. ”Seaneh apa pun idenya, mereka didorong terus meneliti dan membuat ide yang nyeleneh menjadi mungkin diwujudkan,” ujarnya.


>>YOGYAKARTA, KOMPAS.com


Minggu, Agustus 23

RUU Keperawatan Lamban Dibahas Perawat Se-Indonesia Ancam Mogok Nasional M. Rizal Maslan - detikNews

Jakarta - Para perawat yang tergabung dalam Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mengancam akan melakukan aksi mogok nasional. Ancaman ini sebagai bentuk protes atas lambannya proses pembahasan RUU Keperawatan (RUUK) di DPR.

"Ini merupaka hasil Raker Luar Biasa yang diikuti perwakilan dari 31 Propinsi. Semuanya melaporkan kesiapan untuk mendukung pengesahan RUUK. Semuanya diminta menjalankan intruksi PPNI dalam rangka mengawal percepatan RUUK, termasuk rencana melakukan aksi mogok nasional," kata Ketua Umum PP PPNI, Achir Yani S Hamid, dalam rilis yang diterima detikcom, Selasa (18/8/2009).

Menurut Achir, melihat masa kerja DPR periode saat ini sangat sempit, pembahasan RUUK ini perlu diprioritaskan. "Karena RUUK ini untuk kemaslahatan pelayanan kesehatan masyarakat, jadi DPR seharusnya tidak memperlama prosesnya kalau DPR dan pemerintah ingin komitmen bahwa tahun ini UUK disahkan," jelasnya.

Achir mengatakan, saat ini pelayanan kesehatan dasar di tingkat Puskesmas di seluruh Indonesia belum berjalan optimal. Ini terjadi karena adanya kesenjangan penempatan tenaga kesehatan di daerah dan kota besar. Padahal sekitar 60 persen tenaga kesehatan yang siap diterjunkan ke pedesaan tidak diberdayakan.

Dijelaskan Achir, ketidakjelasan kewenangan dari pemerintah ini membuat perawat ragu dalam melakukan tugas kemanusiaan namun tidak ada perlindungan hukum. "Atau membiarkan masyarakat mencari penyelesaian masalah kesehatan mereka sendiri, ancaman loss generation quality semakin panjang dan mengkhawatirkan," ujarnya.

Selain itu, lanjut Achir, di tingkat Rumah Sakit, perawat sering ditempatkan pada posisi sulit terkait persoalan di atas. Di sisi lain, RUUK juga akan membentengi dari ancaman dan serbuan perawat asing yang akan bersiap menyerbu Indonesia pada 1 Januari 2010 setelah Indonesia menyepakati Mutual Recognition Agreement (MRA) tingkat ASEAN.

"Jadi, potensi keuntungan jasa pelayanan keperawatan yang baik akan diambil oleh perawat negara lain, sementara perawat lokal hanya akan menjadi penonton penyerapan sumber-sumber kekayaan bangsa oleh perawat asing," tandasnya.

Terkait rencana aksi mogok nasional itu, Achir menambahkan, pengurus PPNI Provinsi tengah menyiapkan rencana itu di tingkat Komisariat PPNI. Selain itu, PPNI juga menyiapkan Tim Advokasi Hukum bagi perawat yang mendapatkan persoalan hukum terkait aksi atau gerakan nasional untuk mensuksekan RUUK ini.

Rabu, Juli 29

Gedung Rektorat Segera Dibangun di Kampus Unpad Jatinangor pada Februari 2010

Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia menegaskan akan mulai membangun Gedung Rektorat di kampus Unpad wilayah Jatinangor pada Februari 2010. Hal tersebut dikatakannya saat memimpin Rapat Sidang Senat Unpad, Kamis (9/07) di Ruang Serba Guna Gedung Baru Rektorat, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung.
Salah satu pintu masuk kampus Unpad di Jatinangor

Salah satu pintu masuk kampus Unpad di Jatinangor (Foto: Tedi Yusup)

Prof. Ganjar mengungkapkan bahwa pembangunan Gedung Rektorat di kampus Unpad wilayah Jatinangor dilakukan guna lebih mendekatkan pelayanan bagi mahasiswa dan dosen. Ia mengungkapkan bahwa sebagian besar mahasiswa Unpad selama ini berada di kawasan Jatinangor, sehingga sudah waktunya Gedung Rektorat dipindah di kawasan tersebut.

“Tahun ini kami sedang melakukan tahap perencanaan dan diperkirakan selesai pada akhir tahun 2009. Jika berjalan lancar, pembangunan akan dimulai pada 1 Februari 2010,” ujar Rektor.

Sport Center
Dalam kegiatan yang sama, Rektor juga mengungkapkan bahwa pembangunan kawasan olah raga atau sport center yang saat ini tengah dibangun akan selesai sesuai rencana, yaitu pada Desember 2009. Sport Center yang berada di atas lahan 5.000 m2 ini terbagi atas tiga gedung. Satu gedung diisi dengan fasilitas lapangan futsal, satu gedung lain digunakan sebagai lapangan bola voli, lapangan bola basket, dan lapangan bulu tangkis. Sementara bangunan terakhir digunakan sebagai Gedung Serba Guna.

Selain membangun sarana olah raga baru, Prof. Ganjar juga melaporkan bahwa pihaknya juga tengah memperbaiki stadion olah raga dengan memperbesar tribun dan menanam rumput sintesis. Ia menyebut bahwa perbaikan stadion olah raga ini direncanakan menghabiskan dana Rp 1,5 miliar dan selesai pada Desember 2009.

Rektor Unpad saat melantik tiga guru besar baru Unpad (Foto: Tedi Yusup)

Rektor Unpad saat melantik tiga guru besar baru Unpad (Foto: Tedi Yusup)

Sejumlah perbaikan bangunan juga dilakukan pada Masjid Al-Jihad yang terletak di kawasan Jln. Dipati Ukur 35 Bandung. Prof. Ganjar mengungkapkan bahwa perbaikan terhadap bangunan masjid akan dimulai pada 2010, sementara tahun ini, pihaknya tengah berkonsentrasi pada perbaikan fasilitas kamar mandi dan WC. “Perbaikan fasilitas ini ditargetkan selesai akhir tahun ini,” tambah Rektor.

Agenda Sidang Senat Unpad ini juga diisi dengan pelantikan tiga guru besar. Rektor yang bertindak sebagai Ketua Senat melantik dua guru besar sebagai anggota senat, yaitu Prof. Dr. Dany Hilmanto, dr., Sp. A(K), dan Prof. Dr. Yudi Padmadisastra, M.Sc., Apt. Sementara Prof. Dr. Not. Hj. Wiratni Ahmadi, SH. dilantik sebagai guru besar tidak tetap.


Laporan oleh: Ratih Anbarini

Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad Berganti Nama Jadi Fakultas Keperawatan

Rapat Sidang Senat Unpad yang berlangsung Kamis (9/07) di Ruang Serba Guna Gedung Baru Rektorat Lantai 4, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung, akhirnya menyetujui perubahan nama Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) menjadi Fakultas Keperawatan. Keputusan tersebut diambil setelah anggota senat mempertimbangkan latar belakang usulan perubahan nama yang disampaikan Dekan FIK, Hj. Helwiyah Ropi, S.Kp., MCPN.
Gedung Fakultas Keperawatan *

Gedung Fakultas Keperawatan Unpad di Jatinangor*

Dalam paparannya Helwiyah mengungkapkan bahwa keperawatan merupakan profesi, sementara pendidikan keperawatan bersifat akademik. Ia menilai bahwa penggunaan kata “ilmu” dalam Fakultas Ilmu Keperawatan akan terbatas pada program akademik semata yang meliputi program Sarjana, Magister, dan Doktor.

Namun, pada kenyataannya, selain program Sarjana dan Magister, FIK Unpad juga menyelenggarakan program Profesi yang bergelar Ners. Karena alasan itulah, FIK Unpad memutuskan mengganti nama menjadi Fakultas Keperawatan. “Perubahan nama menjadi Fakultas Keperawatan memungkinkan kami membawahi program akademik dan profesi, karena cakupannya lebih luas,” ujar Helwiyah.

Ia mencontohkan bahwa sejumlah fakultas keperawatan di Thailand, Australia, dan Amerika tidak menyertakan kata “ilmu” dan menyebutnya sebagai Faculty of Nursing atau Fakultas Keperawatan. Helwiyah menjelaskan bahwa sebenarnya wacana penggantian nama ini telah lama dibicarakan pihak fakultas, namun baru saat ini perubahan nama tersebut diusulkan dan langsung disetujui senat universitas.

“Perubahan nama ini tidak mempengaruhi proses pendidikan di fakultas kami, karena sejak lama kami telah menyelenggarakan dua jalur program, yaitu akademik dan profesi. Perubahan hanya ada pada penggantian kop surat, cap, dan urusan administrasi lainnya,” jelas Helwiyah.

Fakultas Ilmu Keperawatan didirikan berdasarkan Surat Keputusan Rektor No. 1020/J06/Kep/2005 pada 8 Juni 2005. Fakultas ini merupakan pengembangan dari Program Studi Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran. FIK juga telah mengantongi akreditasi B yang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Departemen Pendidikan Nasional. Sampai tahun akademik 2006/2007, Fakultas Ilmu Keperawatan telah menghasilkan lulusan program sarjana sebanyak 229 orang.

Laporan oleh: Ratih Anbarini

Rabu, Agustus 20

PPNI Tuntut Undang-Undang Praktik Keperawatan Segera Terbentuk

Jakarta,(APIndonesia.Com). Memperingati Hari Keperawatan Sedunia (International Nurses Day) yang jatuh pada 12 Mei 2008, Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mengerahkan ribuan perawat untuk melakukan aksi simpatik, menuntut segera terbentuknya Undang-Undang Praktik Keperawatan sebagai penjamin perlindungan dan landasan pembuatan licensi para perawat di seluruh Indonesia.

Keberadaan perawat sangat diperlukan masyarakat, dengan adanya UU tersebut maka akan terbentuk conspire sebagai landasan pembuatan lisensi untuk memudahkan tugas-tugas perawat dalam melayani masyarakat, demikian dikatakan Ketua Umum PPNI, Prof Achir Yani S. Hamid, D.N.Sc, di Jakarta(9/5). Bayangkan, hampir enam puluh persen pelayan kesehatan adalah perawat, kita sudah tidak sabar lagi menunggu adanya undang-undang itu, tegasnya.

Prof Achir Yani melanjutkan, aksi ini juga sebagai tindak lanjut hasil Rakernas II PPNI yang telah diselenggarakan pada tanggal 17-19 April 2008 di Semarang, Jawa Tengah, berupa Rekomendasi dan Deklarasi yang menyatakan keinginan kuat perawat Indonesia untuk memperjuangkan Percepatan undang-undang yang sudah diajukan ke DPR RI sejak tahun 2005. Kegiatan ini dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 12 Mei 2008 dengan titik konsentrasi di Bundaran HI dan Gedung DPR-RI. Namun dia juga memastikan kegiatan mereka ini tidak akan menggangu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Kita sudah atur strategi agar pelayanan kesehatan di tiap-tiap rumah sakit tidak terganggu sedikitpun, karena output dari tujuan ini sendiri adalah untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, terangnya.



(diambil dari: http://apindonesia.com/new, dengan perubahan)

Pasukan lini depan, resiko segudang.. Memadaikah Amunisinya ?

Kita telah mengetahui bahwa profesi perawat memiliki resiko besar yang akan dihadapai, yaitu resiko untuk tertular penyakit. Perawat yang berperan sebagai pejuang lini depan pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat.

Ibarat prajurit yang bertempur di lini depan sebuah pertempuran, perawat itu berisiko terkena “granat”, “ranjau” bahkan “rudal” sekalipun. Kalau seorang prajurit konon sangat banyak bekal sebelum ke lini depan kancah pertempuran. Dari fisik yang digembleng, helm anti peluru, rompi anti peluru, amunisi yang seabreg untuk pertahanan diri dari bayonet, geranat, sampai senapan otomatis.

Perawat maju ke garis depan “pertempuran” dengan risiko yang tidak kalah dahsyatnya bila terkena ranjau darat yaitu infeksi menular berbekal “amunisi” sarung tangan, masker, alat pelindung diri lain dan pengetahuan tentang pengendalian dan pencegahan infeksi. Cukupkah? Belum … tentunya harus dibekali dengan kondisi badan yang fit, dukungan nutrisi yang cukup, pengendalian infeksi dan lingkungan dukungan manajemen serta dukungan kesehatan yang memadai.. dan sebagainya ..

Medan pengabdian perawat adalah “medan bersiko” dan “berbahaya”, kelelahan, stress dan tuntutan pelayanan adalah “musuh internal” yang dapat menggerogoti daya tahan tubuh manusia siapapun termasuk perawat.

Kalau seorang prajurit terluka di medan tempur.. pantaskah disalahkan karena seorang prajurit di medan perang adalah berisiko untuk terluka bahkan mati di medan laga.

Kalau seorang perawat sampai terinfeksi suatu penyakit di medan pengabdiannya… pantaskah untuk di salahkan ?

Itu adalah risiko perjuangan yang harus diminimalkan oleh kita semua, itu adalah hal harus kita cegah supaya tidak pernah terjadi. Kalau hal tersebut sampai terjadi adalah bagaimana kita (termasuk manajemen) untuk bertanggung jawab “merawat” dan peduli dengan sebaik-baiknya. Tentunya dukungan “amunisi penuh” (sampai urusan bantuan biaya pengobatan) sangat dibutuhkan.

Pertanyaannya adalah sudah memadaikah amunisi bagi pasukan lini depan pelayanan kesehatan ini, sudah memadaikah “garansi” kalau pejuang lini depan (perawat) ini sampai “terluka” ? Bila seorang prajurit (tentara) terluka terkena ranjau misalnya, dukungan satuannya sangat peduli terhadap anak buahnya. Suatu hal yang patut kita contoh..

Kita harus peduli dan kita harus memikirkan bagaimana “amunisi” bagi pejuang kita supaya sangat memadai, kita juga harus memikirkan “garansi” ataupun jaminan yang sebaik-baiknya bila kondisi yang tidak diinginkan tersebut terjadi.

Karena saya, anda, dan (perawat) semuanya berisiko untuk terkena “ranjau” di medan pengabdian ini… Semoga kita terhindar dari “ranjau-ranjau” berbahaya ini.


(diambil dari: banyumasperawat.wordpress.com, dengan perubahan)

Apa sih Keperawatan??

apa sih itu perawat? Kalau dalam kamus bahasa Inggris setidaknya ditemukan tiga istilah yang relevan nurse, nursing, dan nurture. Nurse, person who cares for ill or injured people; Nursing, profession or work of a nurse; Nurture, care for and educated, encourage the growth ; sebenarnya ada juga istilah nursery, sayangnya di Indonesia istilah tersebut lebih terkenal sebagai tempat jualan antrurium, jenmani dan gelombang cinta.

Kalau dilihat makna yang paling sederhana perawat adalah orang yang merawat orang sakit atau orang yang terluka, merawat disini dalam artian luas bukan “hanya merawat” tetapi juga merawat, mendidik, dan mendukung perkembangan pemulihan pasien. Bahkan ada yang mengistilahkan perawat adalah profesi yang berangkat dari “mother instinct” naluri keibuan, dimana perawat diibaratkan sebagai ibu yang merawat anaknya bahkan ada yang mengilustrasikan lebih ekstrim perawat adalah yang “menggantikan” fungsi dari pasien yang terganngu dan ketidakberdayaan. Pasien yang lemah tidak bisa menggerakkan tubuh bahkan membalikan badannya perawat yg menggantikan untuk membalikan, pasien yg tidak sadar sehingga tidak bisa membersihkan dirinya maka perawat yang membersihkan. Dari merawat pasien dengan yang sifatnya memenuhi kebuthan dasar mendidik pasien sampai level skill yang advance seperti monitoring haemodinamic perlu dikuasai oleh perawat. Sebagai sorang “ibu” yang merawat “anaknya” tentunya diperlukan care / kepedulian, ilmu dan pengetahuan serta pola pandang yang menyeluruh/utuh meliputi aspek biologis, psikologis, social, spiritual (mind, body, spirit/soul).

Seorang dokter mungkin memadang pasien dari aspek biologisnya sehingga ketika menemukan masalah yang bersifat psikologis dia akan merefer ke psikolog. Sudut pandang ini mungkin berbeda, ketika seorang perawat merawat pasien dengan stroke menemukan masalah kelemahan pada anggota geraknya, masalah psikologis terkait sakitnya pasien, pasien tdk bisa makan, bahkan kondisi pasien menjelang ajal, perawat akan memandang pasien tersebut secara utuh biopsikososiospiritual sehingga masalah tersebut akan diintervensi dalam aspek biopsikososiospiritual. Hal tersebut bukan berarti perawat kemaruk semua dikerjakan perawat, tidak, berdasarkan falsafah dan “ajaran” keperawatan perawat memandang masalah pasien itu secara utuh, sehingga mengidentifaksi masalah pasien sebagi nursing diagnosis, outcome, dan intervensi yang dilakukannya secara utuh biopsikososiospiritual.

Sifat dari keperawatan yang utuh/komprehensif ini pada era multidisplin saat ini berpotensi menimbulkan gesekan antar profesi, dimana gesekan tersebut mustahil terjadi pada zaman dahulu di mana saat itu rumah sakit yang ada dokter, perawat dan pasien. Sebagai contoh kasus di atas ketika perawat menemukan pasien stroke tidak bisa menggerakan tubuhnya , tentunya akan tidak cukup perawatnya hanya mengatakan : “tenang.. nanti fisiotheraphis yang akan membalikan tubuh anda”, atau menemukan pasiennya sedih karena terkena stroke “sabar …nanti psikolog akan menghibur anda” atau pasiennya tidak bisa makan karena sulit menelan “oke..nanti ahli gizi yang akan memberikan anda makanan” bahkan ketika ajalnya akan tiba “tunggu dulu…rohaniawan sebentar lagi datang” tentu hal tersebut tidak lucu bila dilakukan oleh perawat sebagai orang yang mendampingi 24 jam di sisi pasien (kalau yang usil nyeletuk : perawatnya kebagian kerjaan apa ?) apalagi perawat telah dibekali ilmu dan kompetensi yang bisa untuk mengatasi masalah tersebut di atas.

Cara pandang terhadap pasien dan intervensi secara utuh ini bahkan sudah dimulai pada zaman Florence Nightingale, sehingga bila ada yang menganggap perawat mengambil kerjaan profesi lain yang notabene profesi itu lahir dan berkembang pada masa kemudian mungkin perlu mengkaji lebih dalam.

Perkembangan profesi kesehatan saat ini sangat pesat dan keperawatan juga semakin berkembang. Masing-masing profesi saat ini cenderung ingin diakui eksistensinya sehingga gesekan antar profesi terkait dengan intervensi masing-masing yang mirip bahkan identik dengan intervensi yang dilakukan oleh perawat yang juga dilakukan oleh profesi lain atau sebaliknya,semakin berpotensi untuk terjadi.Klaim bahwa intervensi tersebut milik profesi tertentu dan tidak boleh dilakukan oleh perawat, padahal intervensi tersebut juga masuk dalam daftar intervensi perawat, perlu disikapi secara bijaksana . Karena pada level tertentu hal tersebut bisa dilakukan oleh perawat. Perawat yang telah mempunyai sertifikasi tertentu atau kondisi yang disepakati untuk dapat melakukan intervensi tersebut tentunya dapat juga melakukan intervensi tersebut. Untuk level yang lebih advance kiranya hal tersebut perlu dilakukan oleh profesi yang bersangkutan sebagai suatu bentuk kolaborasi.Bahkan di dalam Nursing Intervention Classification terdapat setidaknya 433 intervensi keperawatan meliputi kategori physiological Basic, physiological complex, behavioral, safety, family dan helath system tentunya dengan level kompetensi perawat yang berjenjang dari perawat yang generalis sampai yang spesialis.

Mungkin sudah saatnya antar profesi yang sudah semakin banyak di Rumah Sakit untuk bertemu, duduk bersama, saling memahami, dan menemukan solusi yang terbaik sehingga gesekan yang terjadi bisa disikapi secara bijaksana. Yang paling penting dari semua ini adalah dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien kita.Perlu juga dipahami bahwa cara pandang perawat dalam merawat pasien yang utuh dan care / peduli terhadap kondisi pasien adalah ruh dari perawat, sehingga bila perawat dibuat cara pandangnya secara parsial dan terkotak akan membuat perawat tidak lagi mencadi care dan ruh itu kan hilang, maka perawat menjadi tidak lebih sekedar penunggu orang sakit bukan sebagai suatu profesi.


(diambil dari: banyumasperawat.wordpress.com)

Jumat, Agustus 15

Anekdot Antara Perawat, Dokter, Rumah Sakit, dan Pasien

Rumah sakit tanpa dokter hanya ada perawat, bisa dikatakan sebagai “nursing house” atau di Indonesia diistilahkan sebagai rumah perawatan seperti panti jompo.

Rumah sakit ada dokter tanpa ada perawat, maka rumah sakit itu seperti praktek dokter pribadi.

Rumah sakit tanpa dokter dan tanpa perawat yang ada hanya pasien, ibarat barak pengungsian.

Rumah sakit tanpa pasien hanya ada dokter atau perawat, ibarat fakultas kedokteran atau fakultas / akademi perawat.

Rumah sakit tanpa dokter, perawat dan tanpa pasien ibarat kantor kelurahan.
(diambil dari: banyumasperawat.wordpress.com)

posted by: ade(a07)

D a f t a r N a m a P e n g u r u s B e m K e m a F i k U n p a d 08-09

Presiden : Lia Nurliani
Wakil Presiden : Yulianti

Departemen – departemen:
A.Dept.Kesekretariatan :
Mentri : Fiega TA
Sekretaris I : Priliana
Sekretaris II : Dewi R
Kabid URT : Desma NA
Anggota : Siti S, Mustika, Rizky, Christina

B.Dept.Keuangan :
Mentri : Ofina Ayu
Bendahara I : Siti Subagja
Bendahara II : Ridha W
Kabid Wirush : N Nina P
Anggota : Rima A, Santi P, Indri R, Susana, Nurani N, Firda A, Risna

C.Dept.PSDMO :
Mentri : Ian Riyani
Kabid PO : Elly F
Anggota : Sandra, Danil Haq, Mutianingsih, Zilfi
Kabid PM : Dewi A
Anggota : Vinica, Suci Nur, Alien, Dini

D.Dept. Dalam Negeri :
Mentri : Dhika D
Kabid KESMA : Harriza P
Anggota : Nurul A, Fitriani, Dani, Siti H, Nurulita
Kabid HI : Indah S
Anggota : Yeni SMS, Weni A, Nur Fadhila, Rosanti, Winasari, Marissa R

E.Dept.Luar Negeri :
Mentri : Irmayanti
Kabid HO : Nuni A
Biro ILMIKI : Intan S, Dian Siska
Biro JMKI : M.Zikri, Chaerul Imam
Biro FORMAKEP : Meylina, Rossy J
Kabid HUMAS : Ririn IS
Anggota : Aldian, Mariana, Firda AS, Widadini

F.Dept.PKM :
Mentri : Nicka K
Anggota : Astrida, Ulfa K, Yunina, Siti N, Anita PW, Neng Feni, Tanzir, Agni, Giur, Santi R

G.Dept.KOMINFO :
Mentri : Niken FA
Anggota : Resty G, Try H, Nur Eni L, Annisa AF, Tiffany, Nena, Ade Novian, Nisa Sofia

H.Dept.Minat dan Bakat :
Mentri : Gina
Kabid KANJI : Endang
Anggota : Ressa, Tania, Novi, Putu Cintia, Dessy DA
Kabid SENIOR : Yusshy KH
Anggota : Mira H, Agustina, Opa M, Stevia, Corry M, Isrudwita, Tika F


posted by: ade(a07)